Kamis, 10 November 2011

Lobi (Lobbying) Pada Industri Rokok (bentuk strategi menghadapi ketidakpastian)

artikel  -->> http://bebasrokok.wordpress.com/2009/10/16/lobi-politik-industri-rokok

ULASAN MENGENAI ARTIKEL TENTANG STRATEGI-STRATEGI UNTUK MENGHADAPI KETIDAKPASTIAN : LOBBYING (LOBI)
Lobi adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok dengan tujuan mempengaruhi pimpinan organisasi lain maupun orang yang memiliki kedudukan penting dalam organisasi dan pemerintahan sehingga dapat memberikan keuntungan untuk diri sendiri ataupun organisasi dan perusahaan pelobi juga untuk melindungi kepentingan organisasi/lembaga bisnis dengan membuka komunikasi pada pihak pengambil keputusan .
Lobi dalam konteks bisnis adalah upaya melakukan pemasaran atau penjualan dalam melakukan pendekatan kepada calon pembeli, baik perorangan maupun instansi. Dalam lobi bisnis ini biasanya dikemukakan, maksud, tujuan, dan penjelasan produk.
Dari artikel di atas kita dapat tarik kesimpulan bahwa lobi yang dilakukan oleh industri rokok ini bertujuan untuk memastikan kelancaran usaha dan dalam mengupayakan tindakan saling menguntungkan. Tujuan lain dari pelobian industri rokok di dalam bisnis adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari berbagai mitra bisnis. Bermitra dilakukan dengan pelanggan, pemsok, distributor ataupun pemegang otoritas kebijakan secara individu/ kelompok/ kelembagaan. Dalam hal ini industri rokok sebagai pelobi membantah bahwa tembakau mematikan, nikotin adiktif, atau perusahaan mereka membidik anak-anak.

Lobi dalam Industri rokok juga ada yang melakukan hal-hal lobi yang dalam artian melawan hukum seperti melobi dengan cara menyuap mafia-mafia DPR. Dalam penetapan harga cukai yang dikenakan kepada industri yang biasanya terdapat lobi dari industri-industri rokok yang bersangkutan. Lobi kadang-kadang dilakukan oleh organisasi yang juga memberikan sumbangan kampanye. Hal demikian telah menyebabkan kecurigaan atas dugaan korupsi dari pihak yang menentang lobi. Beberapa politikus sering diketahui menghasilkan keputusan yang buruk. Ada beberapa yang juga diketahui melakukan posisi tawar-menawar karena mereka membutuhkan sokongan dana dari pihak yang melobi. Pengkritik pun menganggap bahwa politikus bertindak atas dasar kepentingan pihak-pihak yang memberikan sumbangan untuk mereka, dan meningkatkan persepsi publik atas kecurigaan tindak korupsi.
Pada dasarnya ada 3 jenis lobi seperti yang dilakukan industri-industri rokok pada artikel tersebut, yaitu sebagai berikut.
1.  Lobi tradisional yang menggunakan pelobi untuk mendekati pengambil keputusan. Seperti lobi industri rokok yang mendekati DPR selaku pembuat keputusan peraturan untuk mengambil keputusan tidak terlalu merugikan bagi kepentingan bisnisnya.
2.  Lobi akar rumput, yang menggunakan masyarakat untuk mempengaruhi pengambil keputusan. Pada Industri rokok melakukan lobi-lobi seperti ini contohnya pada pengadaan event-event di kampus-kampus atau berbagai organisasi yang sangat banyak disponsori oleh industri rokok seperti dalam kegatan beasiswa, event-event di kalangan remaja, event-event olahraga sampai kegiatan-kegiatan sosial lainnya sehingga muncul rasa simpati dari  masyarakat atau lebih jauh rasa bangga terhadap produk tersebut
3.   Lobi Political Action Committee, yakni komite yang dibentuk perusahaan-perusahaan besar agar wakilnya dapat duduk di parlemen atau pemerintah. Jenis lobi seperti ini jarang dilakukan di Indonesia tetapi pada dasarnya industri rokok mungkin melakukan dukungan baik dukungan financial maupun pembentukan opini seseorang yang pro- terhadap industri rokok agar dapat duduk di parlemen dan setelah itu dapat menyampaikan aspirasi dari kepentingan bisnis industri rokok yang bersangkutan.
Utamanya keberhasilan lobi pada satu pihak sama artinya dengan kerugian pada pihak lain. Pihak lain disini bisa jadi: kompetitor, masyarakat, ataupun mitra bisnis. Tetapi dalam dunia bisnis, lobi lenih didefinisikan usaha yang dilaksanakan untuk mempengaruhi pihak-pihak yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut pandangan positif terhadap topik lobi, dengan demikian diharapkan memberikan dampak positif bagi pencapaian tujuan.


Rizky Widya Nugraha
Mahasiswa Administrasi Bisnis
FISIP- Universitas Padjadjaran

Selasa, 25 Oktober 2011

Produktivitas (Definisi, penerapan, & Kunci Produktivitas)

PRODUKTIVITAS
Bag. I
Produktivitas berasal dari kata “produktif” artinya sesuatu yang mengandung potensi untuk digali, sehingga produktivitas dapatlah dikatakan sesuatu proses kegitan yang terstruktur guna menggali potensi yang ada dalam sebuah komoditi/objek. Filosofi produktivitas sebenarnya dapat mengandung arti keinginan dan usaha dari setiap manusia (individu atau kelompok) untuk selalu meningkatkan mutu kehidupannya dan penghidupannya.
Secara umum produktivitas diartikan atau dirumuskan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan pemasukan (input), sedangkan menurut Ambar Teguh Sulistiani dan Rosidah (2003:126) mengemukakan bahwa produktivitas adalah “Menyangkut masalah hasil akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh didalam proses produksi, dalam hal ini adalah efisiensi dan efektivitas”.
Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan (2003:126) produktivitas adalah : “Perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efesiensi (waktu,bahan,tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya”.
Pendapat lain juga terdapat pada Dewan Produktivitas Nasional RI yang dirumuskan pada tahun 1983 yaitu, Produktivitas adalah keluaran (output) produk atau jasa per setiap masukan (input) sumber daya yang digunakan dalam suatu proses produksi. Tingkat ukur produktivitas sangat beragam bergantung kepada kepentingan yang terkait. Produktivitas dapat dinyatakan dalam ukuran fisik (physical productivity) dan ukuran finansial (financial productivity) apabila kepentingan tersebut adalah keuntungan. Produktivitas dapat menggunakan ukuran moneter sebagai tolak ukur. Apabila waktu menjadi kepentingan manajemen produktivitas maka dapat menggunakan ukuran moneter sebagai tolak ukurnya.
Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas sebenarnya dapat ditaruk kesimpulan, produktivitas memiliki dua dimensi, pertama efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan berkualitas, kuantitas, dan waktu. Kedua yaitu efesiensi yang berkaitan dengan upaya membandingakan input dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Jadi dapat kita simpulkan secara singkat bahwa produktivitas merupakan perbandingan antara keluaran serta masukan serta mengutarakan cara pemanfaatan baik terhadap sumbur-sumber dalam memproduksi suatu barang atau jasa.
Bag. II
Penerapan
Penerapan atau aplikasi dalam produktivitas dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tindakan yang harus kita ketahui, yaitu langkah- langkah meningkatkan produktivitas dan kunci prodiktivitas tinggi.
LANGKAH-LANGKAH PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
Tahapan peningkatan produktivitas yang komprehensif dan terintegrasi :
1. Analisa situasi.
Langkah awal manajemen produktivitas harus mampu menganalisa situasi sebelum mengambil keputusan ataupun mengambil tindakan yang akan ditetapkan . Contoh : Pada sebuah RS, kunjungan pasien lagi menurun drastis dari biasanya, maka tidak perlu menambah tenaga kerja / perawat baru.
2. Merancang program peningkatan produktivitas.
Untuk peningkatan produktivitas maka dibutuhkan pula dasar program dengan rancangan yang tepat, efektif dan efisien. Contoh : Untuk menambah kunjungan pasien rawat jalan disebuah RS, maka bisa dilakukan langkah-langkah promosi, baik dilakukan melalui media iklan, maupun bisa langsung melaksanakan program pemeriksaan gula darah gratis, khitanan gratis dan lain sebagainya.
3. Menciptakan kesadaran akan produktivitas.
Kesadaran dari semua pihak yang terlibat dalam sebuah perusahaan / lembaga, merupakan kunci penting untuk peningkatan produktivitas seperti yang diharapkan. Contoh : Karyawan mematikan alat-alat listrik yang tidak sedang digunakan, untuk menghemat energi dengan tujuan menghemat pengeluaran biaya.
4. Menerapkan Program
Untuk meningkatkan produktivitas program sudah disusun dan diputuskan, maka harus diimplementasikan dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuan akhir. Contoh : Program peningkatan keterampilan SDM dengan cara mengadakan berbagai pelatihan seperti tehnik infus bayi dan lain sebagainya, dengan tujuan untuk peningkatan produktivitas.
5. Mengevaluasi program dan memberikan umpan balik

Untuk menilai hasil akhir maka perlu dilakukan evaluasi program dengan memberikan umpan balik. Contoh : Mengevaluasi hasil dari pelatihan teknik infus bayi, apakah perawat tersebut lebih profesional setelah mengikuti pelatihan tersebut?
KUNCI PRODUKTIVITAS YANG TINGGI :
1. Keahlian, manajemen yang bertanggungjawab. Ikatan kritis antara manajemen perusahaan dengan produktivitas adalah saksi dalam definisi dasar produktivitas itu sendiri. Pada dasarnya, produktivitas adalah rasio antara keluaran (output ) dan masukan ( input ) yang bernilai, misalnya efisiensi dan efektivitas sumber- sumber daya yang tersedia, yaitu kepegawaian, alat, bahan, modal, fasilitas, energi dan waktu untuk mencapai keluaran yang sangat bernilai. Untuk mencapai produktivitas tinggi, setiap anggota manajemen harus diberi motivasi tinggi, positif dan secara penuh ikut melakukan pekerjaan. Secara bersama- sama, kesamaan sikap relative diperlukan untuk seluruh kekuatan kerja.
2. Kepemimpinan yang luar biasa. Dari semua faktor, kepemimpinan manajerial memiliki pengaruh terbesar dalam produktivitas. Akhirnya, tujuan setiap organisasi bergantung pada kualitas kepemimpinan. Meskipun mudah dikenal, kepemimpinan sangat sulit didefinnisikan. Tidak ada dua gaya kepemimpinan yang sama – setiap gaya adalah unik bagi setiap individu, dan memang seharusnya demikian. Lebih lanjut, pemimpin yang baik dalam satu situasi mungkin saja bukan pemimpin yang baik dalam situasi yang lain. Demikian juga jenis pemimpin yang dibutuhkan secara khusus bergantung pada kelompok yang dipimpinnya. Meskipun demikian, kelompok yang sama masih dapat memerlukan jenis kepemimpinan lain pada saat berlainan dalam evolusinya. Sebagian manjer memiliki beberapa kemampuan kepemimpinan, tetapi hanya sedikit yang merupakan pemimpin luar biasa.
3.

Kesederhanaan organisasional dan operasional. Susunan organisasi harus diusahakan agar sederhana, luwes dan dapat disesuaikan dengan perubahan, selalu berusaha mengadakan jumlah tingkat minimum yang konsisten dengan operasi yang efektif. Hal ini memberikan garis pengarahan lebih jelas, juga tanggung jawab yang kurang terpecah-belah dan sangat menunjang pengambilan inisiatif lebih besar oleh siapa saja dalam organisasi.
4. Kepegawaian yang efektif. Sebagai langkah awal, banyak perhatian dicurahkan pada pemilihan orang – menekankan pada mutu dan bukan kuantitas. Menambah lebih banyak pegawai belum tentu berarti meningkatkan produktivitas. Dan sebelum mempekerjakan orang baru, seharusnya dipastikan dahulu bahwa yang ada sekarang sudah berkinerja menurut kemampuan. Standar untuk manajer dan personalia kunci khususnya harus tinggi. Jika kedudukan ini dipegang oleh orang yang kompeten, orang kompeten lain akan tertarik masuk ke dalam organisasi
5. Tugas yang menantang. Tugas merupakan kunci untuk proses yang kreatif dan produktif. Setiap individu mempunyai suatu suasana khusus kegiatan kreatif dan produktif yang tinggi. Akan tetapi, orang yang tepat harus disesuaikan dengan masalah yang tepat baginya. Pekerjaan itu sendiri harus memberikan motivasi. Hal ini terutama menjadi kunci ke proses yang kreatif/inovatif. Panduan optimal dari pekerjaan dan lingkungan kerja menciptakan suatu getaran dalam diri seseorang; kerja seakan- akan menjadi bermain saja. Sebaliknya, jika pekerjaan seseorang tidak memberi kepuasan kepadanya, ia seringkali akan mengalihkan perhatian dan energinya ke usaha pribadi di luar organisasi. Menurut definisi, jangan sekali- kali memberikan suatu tugas kepada orang yang mempunyai keterampilan yang dipersyaratkan; berikan tugas itu kepada orang yang menginginkannya dan senang melakukannya; dan jangan sekali- kali memberikan tugas, yang dalam keadaan lain, kita sendiri tidak akan mau menerima.
6. Perencanaan dan pengendalian tujuan. Perencanaan yang tidak efektif menyebabkan kebocoran besar dalam produktivitas, misalnya orang yang tidak tahu apa yang diharapkan dari mereka, tugas yang tidak satu fasa dengan tugas lain, kegiatan peripheral, pelaksanaan di atas atau di bawah kinerja, dan operasi yang sebesar- besarnya berhenti dan mulai lagi. Sebaliknya, perencanaan yang efektif meningkatkan produktivitas operasional, yaitu membantu memastikan penggunaan sumberdaya dengan sebaik- baiknya, memadukan semua aspek program ke dalam sesuatu yang efisien, upaya yang tepat, meminimalkan permulaan yang salah dan pelaksanaan usaha yang tidak produktif , menyediakan kelonggaran untuk risiko dan keadaan darurat pada masa depan dan meniadakan krisis manajemen yang berkelanjutan. Dengan cara yang sama, menjadi sangat penting untuk memantapkan system pengendalian yang efektif yang mengukur kemajuan terhadap rencana, menemukan penyimpangan, menetapkan tanggungjawab, menunjukkan tindakan perbaikan dan memastikan bahwa kinerja yang tidak memenuhi standar ditingkatkan.
7. Pelatihan manajerial khusus. Manajemen jelas menjadi factor utama bagi produktivitas organisasi manapun, menjadi sangat penting bahwa organisasi berusaha mengembangkan suatu komitmen terhadap produktivitas dalam seluruh tim manajemennya, dan memberikan kepada anggota tim tersebut saran yang berguna untuk menerapkan usaha peningkatan produktivitas yang efektif dalam seluruh organisasi.


Rizky Widya Nugraha
Mahasiswa Administrasi Bisnis
FISIP- Universitas Padjadjaran

Jumat, 22 Juli 2011

Analisa Perbandingan Sosiologi Antara Ibnu Khaldun dan Karl Marx

Sebagaimana kita ketahui dalam suatu analisa perbandingan maka ada dua hal yang pasti akan ditemukan yaitu adanya persamaan dan perbedaan maka dalam hal ini penulis akan menguraikan persamaan dan perbedaan dari beberapa pokok pokok teori sosoilogi ekonomi Ibnu Khaldun dan Karl marx.
Adapun persamaan persamaan teori sosiologi dan ekonomi antara keduanya adalah :
  1. Manusia adalah makhluk sosial
Dalam Muqaddimah Ibnu Khaldun ia mengatakan bahwa “Perkumpulan manusia adalah hal yang penting“[1], atau dalam hal ini Ibnu Khaldun mengutarakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang sangat membutuhkan antara satu dan lainnya. Begitupun apa yang diutarakan oleh Karl marx bahwa manusia bergantung pada kehidupan produktif dimana yang ada ketergantungan antara yang satu dan lainnya, dalam mempertahankan hidupnya.
  1. Teori nilai
Keduannya pun sama dalam mengutarakan teori nilai bahwa nilai sesutu adalah terletak pada kerja manusia yang dicurahkan padanya, atau dengan kata lain bahwa substansi nilai adalah kerja, marx mengungkapkan bahwa ”kuantitas kerja atau waktu kerja primer dalam suatu masyarakat untuk menghasilkan sesuatu sajalah yang menentukan kuantitas nilai”
  1. Strata dalam industri
Ibnu Khaldun dan Karl Marx sama menerangkan bahwa adanya strata yang terdapat dalam industri, sedang hal ini menurut Ibnu Khaldun adalah sunnatullah (“auliya ba’dukum ba’don”), (“warozaqna ba’dokum fauqo ba’din”)[2] yaitu adanya hukum sunnatullah yang yang terdapat dalam hal ini, dengan tujuan adanya tolong menolong antara strata yang tinggi dan yang rendah.
  1. Hukum pembagian kerja
Dalam hal ini juga terdapat persamaan antara Ibnu Khaldun dan karl Marx dimana ke duanya sangat mengingatkan akan pentingnya kehidupan sosial dimana manusia pasti akan membutuhkan yang lain dalam rangka mempertahankan hidupnya.
Sedang perbedaan perbedaan yang terdapat diantara keduanya adalah :
  1. Dasar pemikiran
Ibnu khaldun dalam menerangkan teori teori nya selalu didasarkan pada asas agama dalam hal ini Al-qur’an dan sunnah seperti dalam menerangkan strata sosial, dimana ini adalah sebuah sunnatullah “auliya ba’dukum ba’do” dalam rangka tolong menolong antara golongan yang lemah dan golongan yang kuat. Sedang Marx tidak berasaskan agama dalam analisa teorinya.
  1. Objek Kajian
Walaupun banyak kesamaan dalam berbagai teori antara keduanya, tetapi ada perbedaan dalam objek kajian antara keduanya, dimana Ibnu Khaldun menitik beratkan objek kajianya pada manusia dalam sejarah dan perkembangannya (dari primitif sampai modern) dan analisanya banyak dipengaruhi pada masyarakat arab, sedangkan Marx menitik beratkan hanya sebatas kadaan kapitalis yang telah terjadi dimasanya, Maka dalam hal ini jelas bahwa kajian yang dilakukan Ibnu Khaldun lebih luas dibandingkan dengan Karl Marx.
  1. Perbedaan dalam penyelesaian masalah
Ibnu Khaldun menuntut adanya sebuah badan pengawas dalam hal sosial maupun, ekonomi yang dinamakan badan hisbah,[3] maka jika ada kedholiman atau ada ketidakadilan, badan hisbahlah yang menanganinya (adanya peran pemerintah dalam menyelesaikan masalah), sedang marx dalam melihat ketidakadilan yang dilakukan kaum kapitalis maka tak lain bahwa yang harus dilakukan adalah hal radikal yang berupa konflik dan kontradiksi, karena dengan hal inilah hancurnya kapitalisme.

K E S I M P U L A N

Dari keterangan keterangan yang telah diutarakan penulis diatas maka jelaslah ada beberapa kesimpulan dari analisa perbandingan antara teori sosiologi Karl Marx dan Ibnu Khaldun yaitu :
  1. Teori teori yang diungkapkan karl Marx, pada umumnya telah diutarakan terlebih dahulu oleh Ibnu Khaldun dalam kurun waktu yang cukup jauh yaitu 5 abad sebelum masa hidup Marx.
  2. Ibnu Khaldun melandaskan agama dalam analisanya, sedang marx tidak melandaskan agama dalam analisanya, bahkan menganggapnya sebagai candu bagi masyarakat, yang tidak dapat memberikan jalan keluar bagi ketidakadilan yang telah dilakukan kaum borjuis
  3. Ibnu Khaldun dan Marx dalam hal ini sama sama ingin memberikan pemecahan dalam kehidupan dan masalah sosial, hanya berbeda cara dalam penyelesaiannya, dikarenakan berbeda dalam latar belakang pemikirannya.
Rizky Widya Nugraha
Mahasiswa Administrasi Bisnis
FISIP- Universitas Padjadjaran