Selasa, 14 Agustus 2012

Gak bayar pajak? “Apa kata dunia”, dunia siapa?


Entah kenapa pengen muntah gw denger jargon iklan pajak yang begitu, “apa kata dunia?” dunianya siapa? Dunianya pegawai pajak yang korup, dan makin kaya kalo semua orang bayar pajak.

Pemerintah udah kayak maunya menang sendiri, kalo menyangkut urusan pemerintahan maka semuanya harus cepat, bagus, diurus, dan penuh toleransi, alasanya sih “Demi rakyat”, pergi keluar negeri argumennya “demi rakyat”, beli mobil baru katanya “demi rakyat”. Tapi kalo rakyat minta diurus agak cepetan dia bilang “sabar dulu, semua ada masanya, ada prosedurnya, harus sesuai birokrasi”, atau kalo rakyat ngeluh maka dia bilang “rakyat mandiri dong, jangan manja!”. What the fuck..!!

Orang kerja keras banting tulang, pemerintah dengan gampangnya tinggal narikin pajak, konsumen beli produk apapun harus nanggung pajak. Padahal pemerintah bisa dapet duit dari pemanfaatan sumber daya alam Negara yang melimpah, masih aja ngarepin duit dari kantong-kantong rakyatnya, masih aja ngarepin recehan dari kantong para buruh kecil dari PPh gajinya.
Setelah gw baca sedikit tentang pengelolaan pajak dalam islam, gw semakin  yakin kalo aturan yang dibuat ama sang Maha Pencipta dan Maha Bijaksana emang udah paling bener deh. Ngapai mesti repot-repot bikin aturan ini itu kalo aturan dari yang Maha Mengetahui itu udah ada.

Coba aja terapin hukum yang bersumber dari Agama. Islam punya kok cara sendiri dalam ngatur keuangan negara. Yang jelas Islam gak akan menarik harta dari ummat kecuali dengan perintah Allah dan keridhaan ummat padanya. Islam punya beberapa jenis pendapatan yang memastikan bahwa negara tidak lagi perlu untuk secara permanen dan rutin membebankan ummat. Pendapatan negara ini mencakup ghanimah, jizyah, fai, jharaj, zakat mal, infaq, hibah, wakaf, penegelolaan SDA dan dlaribah. Keampuhan pengelolaan dalam masa Khilafah yang menerapkan Islam total Ini terbukti pada masa Umar bin Abdul Aziz yang mempunyai kelebihan uang zakat yang tidak dibagikan bahkan setelah beliau melunasi seluruh hutang, menikahkan jejaka dan memberi harta kepada ahlu dzimmah.

Sekian postingan celotehan gw, Cuma sekedar opini, jujur mata kuliah perpajakan gw aja Cuma dapet nilai “C”, emang gak suka kok ama penerapan pajak di dunia ini, dunia itu terlalu serakah, padahal Cuma sementara.  Sampai jumpa… ehehehehehe :)

2 komentar:

  1. Sejujurnya tidak ada yang suka membayar pajak. Selain itu orang enggan membayar pajak karena birokrasi pembayaran pajak yang masih rumit. Cara menghitungnya. Harus mengisi form tertentu dan jenis pajak yang terlalu banyak dan hukumnya yang multi tafsir.

    Seharusnya ada alternatif cara mendapatkan penghasilan dari non pajak. Pajak itu sudah cara yang terlalu primitif dan terbukti memang lebih menyulitkan masyarakat dibanding menguntungkan terutama pekerja keras yang penghasilannya terkena potongan pajak yang besar.

    Ibaratnya seperti TV swasta dan TV negara. TV swasta bisa melayani konsumennya dengan gratis krena mendapat sponsor iklan. Sponsor inilah yang membayar mereka sehingga pelayanan tV swasta bisa dinikmati masyarakat. Sponsor mambayar karena kebutuhan bukan karena keterpaksaan. Mungkin saja kelak negara bisa menggunakan cara ini misal membangun jalan raya. Negara menyediakan spot iklan sepanjang jalan bagi yang bersedia mensponsori jalan itu. Misal seperti itu. Intinya bagaimana membuat masyarakat membayar kepada negara tanpa terpaksa dan saling menguntungkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyah pak, setuju... jangan apa-apa dibebanin ke rakyat.. harusnya pemerintah itu bisa lebih aktif menciptakan sumber dana selain pajak dengan memanjukan BUMN yang ada...

      Hapus